Karena sikap dan tingkah laku sehari-hariku masih, dan aku belum bisa bersikap atau berpikir secara dewasa.Tanpa diduga sama sekali, aku bertemu dgn Lidya. Bokep Montok Kedua bola mataku sampai membeliak lebar. Namun sebelumnya dia memberitahu kalo aku harus membalasnya dgn cara-cara yg tak pantas untuk disebutkan. Padahal tadinya aku benci sekali, karena menganggap Mas Herlambang telah merebut Mbak Indira dan sisiku. Setengah mati Bapak dan Ibu membujuk serta menghiburku. “Ohh..”, Lidya mengeluh panjang.Dia seakan baru benar-benar menyadari kalo aku bukan hanya tak pernah pacaran, namun masih sangat polos sekali. Namun Lidya malah membalasnya dgn sinar mata yg saat itu sangat sulit ku artikan.“Kenapa kau menciumku..?” tanyaku polos. Aku merasakan betapa halusnya kulit paha perempuan ini.




















