Aku pertegas bahwa aku mengendus kuat-kuat aroma itu. “Pelan-pelan suaranya kan bisa Dek,” sang supir menggerutu sambil memberikan kembalian.Aku membalik arah lalu berjalan cepat, penuh semangat. Bokep colmek Lalu asyik membuka tabloid. Toh ia sudah seperti pasrah berada di dekapan kakiku.Aku harus, harus, harus..! Aku masih di atas angkot. Apalagi yang dapat tertinggal? Tapi belum tersentuh kepala juniorku. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. Aku tahu di mana ruangannya. Itu artinya ia tidak mau diganggu. Ia masih dingin tanpa ekspresi. Lalu mengangkang.“Aku sudah tak tahan, ayo dong..!” ujarnya merajuk.Saat kusorongkan Junior menuju vaginanya, ia melenguh lagi.“Ah.. Tapi belum begitu lama ia pindah ke betis.“Balik badannya..!” pintanya.Aku membalikkan badanku. Sekenanya saja kubuka halaman majalah.“Tunggu ya..!” ujar wanita tadi dari jauh, lalu pergi ke balik ruangan ke meja depan ketika ia menerima kedatanganku.“Mbak Wien.., udah ada pasien tuh,” ujarnya dari ruang sebelah. Kesempatan tidak akan datang dua kali.
