Kurasakan batang kemaluanku bersentuhan dengan perutnya.“Ayo dicoba lagi..”Kali ini dipegangnya kepala kemaluanku. Namun sepertinya dia memang sudah takluk.“Nin.. Bokep barat yang banyak…” kataku sambil menunjuk kemaluannya. Segera kugentong dia menuju kamar mandi. Cairannya mengalir lagi walau tidak sebanyak yang tadi. Tapi aku tidak pergi melihatnya. “tonhh… bajingann.. Pinang Inn memang disediakan untuk bermesum ria. Wajahnya sampai terlempar karena aku menamparnya cukup keras.“Silakan menjerit… ini ruangan kedap suara… ayo… menjeritlah…”, ejekku kesenangan.Segera kulebarkan pahanya, kuelus permukaan kemaluannya dengan lembut dan berirama. Ada kesakitan, ada dendam, tapi ada juga makna sayang, dan gairah yang hangat. Pisau itu kugesek-gesek di sekitar dadanya.“Agar proses ini tidak menyakitkan, kamu jangan bertingkah.. Aku terkesiap. salahku?” dengan ketakutan dia berusaha membuatku luluh.“Salahmu adalah… kamu memamerkan tubuhmu di hadapan singa lapar…”Segera, seluruh bajunya kusobek dengan pisauku yang tajam.




















