Marketingnya pada keluar semua. Bokep STW Gila neh! “i…iya bu…Mbak”, jawabku pendek.Entah kenapa perasaan senang menyelimutiku. Aku tidak mau permainan ini cepat selesai. Aku pun mulai kacau merasakan sensasi di penisku. Setelah itu aku naik ke lantai 2 untuk mematikan pemancar dan menyerahkan kunci studio. Mau nyelesein urusan frekuensi katanya.” Ibu Titis menjawab sambil berlalu dengan meninggalkan senyum yang sangat manis. Wah, di mana nih. “Mbak, enak banget Mbak”, cerocosku. “dan, jangan panggil ibu lagi kecuali di depan bapak sama karyawan yang lain. Aku bayangkan ibu Titis dengan rambutnya yang sebahu, bibirnya yang selalu merah. Kalo udah pada tidur ya aku pulang aja. Napas Mbak Titis semakin memburu. Dengan gerakan sedikit menyentak kurenggangkan lagi paha Mbak Titis. Kosong juga. Payudaranya kecil, mungkin ukuran 34a. Tangan kirinya meraih tangan kiriku dan meletakkannya di teteknya. Lumayanlah, musiknya agak melow-melow gitu jadinya asik di dengerin sambil ngantuk.




















