Pinggulku kutekan sambil membuat gerakan maju-mundur.Cukup lama gerakan ini kulakukan, tapi tak membawa hasil. Setelah permainan yang panjang dan melelahkan itu, aku berbaring telentang. Bokep Jilbab/Hijab Jantungku mulai berdegup, tapi aku tidak memperdulikannya.Pelan-pelan kuangkat gaun tidur Viena sebatas pinggang, kulepas BH-nya, terus kuraih buah dadanya yang ranum. Pikiranku mulai menerawang pada kejadian sekitar dua setengah tahun silam.Waktu itu Mas Irvan memelas kepadaku agar aku mau menghamili istrinya, supaya dia tidak terus-terusan diledek orang karena dia tak mampu. Cepat-cepat senjataku kucabut dari vaginanya, terus kumasukkan ke mulutnya. om ciapa..?”Aku tersenyum seraya mendekatinya.“Nama Oom, Johan, namanya ciapa..?” timpaku balik bertanya.“Riani..” jawabnya.Lalu karena rindu dengannya, kupeluk dia erat-erat dan kutempelkan bibirku di pipinya berulang-ulang. Dada Viena jauh lebih besar dan montok.“Kok jarang main kesini bang..?”“Lagi sibuk,” jawabku sekenanya, “Oh ya, Mas Irvan kemana..?”“Keluar kota Bang, ada tugas.” kata Viena lagi.Pembicaraan kami cukup akrab, maklum aku dulu sering main kesini.




















