Namun aku mencoba bertahan dengan menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan-pelan, untuk menurunkan daya rangsangan yang aku alami. Vidio Sex Tanganku membelai punggungnya, lalu turun meraba bukit-bukit pantatnya yang membulat indah. Aku tidak tahan untuk berlama-lama menunggu, sehingga akhirnya aku memberanikan diri untuk mencium bibirnya. Dia tertawa pelan, “Mas, kenapa, sih?”, ia memandangku lembut. Aku akhirnya membuka kaosku sehingga bertelanjang dada. Eksanti tertegun sejenak memandangku, lalu matanya terpejam kembali ketika aku membuka pantalon warna hitam yang aku kenakan. Payudara itu begitu membusung, menantang. Aku menatap wajahnya lagi. Jari telunjukku membelai-belai sejumput daging kecil di dalam lepitan celahnya, sehingga Eksantipun semakin merasakan nikmat semata.“Kamu mau mencium kejantananku nggak, Santi?”, tanyaku tanpa malu-malu lagi. Eksanti lalu berjalan ke arahku menuju tempat tidur lalu duduk di sampingku. Eksanti menurut. “Makin pintar saja dia menggoyang”, batinku dalam hati. Eksanti menggeliat. Aku merasa sudah tidak mungkin bisa untuk melanjutkan permainan cinta lagi.




















