Aku tetap jadi supir dan pengawal pribadinya. Sementara bekal yang kubawa dari kampung semakin menipis saja. Vidio XNXX Tapi aku tidak pernah memikirkan biayanya. Saat melihat buku tabungan, aku tersenyum sendiri. Tapi lama-kelamaan, aku mulai dihinggapi perasaan takut. Cepat pergi, nanti Nyonya keburu tahu..”, kata Bi Minah sambil menepuk pundakku. “Tidak, Nyonya. Kulihat Bi Minah ada di sana, seperti sengaja menunggu. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan uang lembaran dua puluh ribu. Entah sudah berapa kilometer aku berjalan kaki. Wanita ini benar-benar seorang maniak. Tapi Nyonya Wulandari malah mendapat kepuasan. Tiga atau empat hari lagi, aku pasti sudah tidak sanggup lagi bertahan. “Mobilnya mogok, Nyonya..?”, tegurku dengan sikap ramah. Saat itu kedua mata Nyonya Wulandari terpejam. Aku diberi sebuah kamar, lengkap dengan tempat tidur, lemari pakaian dan meja serta satu kursi.










