Bayar arisan. Bokep Tobrut Aku makin membenamkan wajah di atas tulisan majalah.“Halo..!” suara itu mengagetkanku. Tidak akan hadir kesempatan ketiga. Aku tidak dapat lagi memandanginya.Kantorku sudah terlewat. Penumpang lima lalu supir, jadi enam kali tujuh, 42 hore aku turun. Hap. Ia menyenggol kepala juniorku. Keberuntungankah? Ia tidak melanjutkan kalimatnya.Aku tersenyum. Apakah suaraku mengganggu ketenangan mereka? Anggap saja tiap-tiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Aku menikmati kelincahan lidah wanita setengah baya yang tahu di mana titik-titik yang harus dituju. Bicara apa? Suara pletak-pletok mendekat.“Ayo tengkurap..!” kata wanita setengah baya itu.Aku tengkurap. Seakan sengaja memainkan Si Junior. Ah sialan. Ada sekat-sekat, tidak tertutup sepenuhnya. Come on lets go! Makin lama suara sepatu itu seperti mengutukku bukan berbunyi pletak pelok lagi, tapi bodoh, bodoh, bodoh sampai suara itu hilang.Aku hanya mendengus. Lalu vaginanya, basah sekali. Tapi saya gerah.” meloncat begitu saja kata-kata itu.Aku belum pernah berani bicara begini, di
