Beberapa jam yang lalu aku masih melihat tawa di wajahnya, senyumnya. Ia lalu mengulurkan lengannya dan mengelus pipiku dengan jemarinya. Sex Bokep Nafsuku tak tertahan lagi, kuputar tubuhku menghadapnya, dan kupeluk ia. Dengan gerakan yang mengesalkan, ia lalu mendorong tubuhku menjauh menggunakan kedua tangannya. Katanya, “Mungkin. Kudekatkan kepalaku. “Perjaka. Aku bertaruh kamu pasti bingung apa yang harus kaulakukan pada seorang wanita yang mendadak berada di rumahmu pada jam satu pagi.”
“Terserah apa katamu,” gumamku, lalu menghempaskan tubuhku di atas sofa. Tapi rasa jengkelku sudah hilang. “Aku…”
“Ssshhh,” jemari telunjuknya menempel di bibirku. Aku berusaha sebisa mungkin. “rumahmu di mana?”
“Terus saja sampai ke simpang Semangka.”
“Baiklah.” Itu saja. “Shit,” bisikku, membuka mata, menundukkan tubuhku, lalu menciumi buah dadanya. Canda dan tawa kami teruskan di sana.




















