Pak Kusrin bangkit dari kursi tamu dan menarik tanganku untuk mengikutinya ke taman belakang rumah. Aku membantu membimbing ujung kotol Pak Kusrin agar tepat sasaran. Bokeb Ayo … dong ….” Kataku memberi semnagat. Kami sekeluarga harus menjual barang-barang berharga kami untuk biaya pengobatan dan membayar cicilan kredit ke bank. Desahan dan teriakanku membuatnya lebih bergairah. Sesekali dia meremas buah dadaku dari balik baju. Dan kami pun terhanyut kembali dalam gelombang birahi Desahan dan teriakan kenikmatan kembali keluar dari mulut kami. “Saya juga ..” kata Pak Kusrin sambil menggerakkan pantatnya sehingga gesekan antara memekku dan kontolnya semakin cepat. “Shhhhhhh …. Keringat semakin deras mengucur dari tubuh kami. Semula dokter menganjurkan aku untuk mengurungkan niatku, namun dengan sedikit kebohongan dia pun bersedia melakukannya. Ahhhhhh … Ahhhhhh ….. Aku kini bahkan menyodor-nyodorkan memekku sambil memembelai dan sesekali merenggut rambutnya.




















