Beberapa buah novel ada di situ. Malu. Bokep Samar-samar
kuamati ada sekumpulan rambut di sana. Otakku sudah tak mampu
lagi membaca. Sepasang putingnya melesak di
balik daster tipisnya. Tanda kamu sudah dewasa”. “Kau sudah pulang, Sapto?”. Namanya Tina, gadis Bali berkulit hitam manis. Saat tangannya beralih meremas
payudaranya, terbukalah kewanitaannya. “Kau sudah pulang, Sapto?”. Aku yang masih bocah terus membacanya. Tapi Kak
Tina tak pernah mengajakku membaca bersama lagi. Pengalaman yang tak pernah kudapat
sebelumnya. Besok-besoknya aku
tak pernah memiliki kesempatan untuk menggerayangi lemarinya. Kamipun duduk di pinggir tempat tidur. Mulai saat itu aku menyukai Pendekar Mata
Keranjang dan sejenisnya. Dapat kulihat
bulu-bulu yang tumbuh lebat di sana. Kak Tina nafasnya tak teratur
saat membaca bagian yang menceritakan permainan cinta Marisa dengan
beberapa laki-laki. “Barusan ya?”. Tangan
kak Tina tetap mengelus dan meremas kejantananku dari balik celana.
