Ia mengangguk.“Sekarang?” tanyaku lagi. Tapi untuk permainan kali ini aku berusaha menahan sekuatnya. Bokeb enak sekali..” jawabnya masih dengan nafas satu-satu. Tubuh Maryati tampak telentang miring bersandar pada salah satu sikunya. Geli yang nikmat. Selama perjalanan kami mengobrol dan bercanda tentang berbagai hal, bahkan kadang-kadang menyerempet ke masalah-masalah yang intim, karena kami sadar bahwa kepergian kami ke Puncak memang untuk itu. Suara erangan dan lenguhan terdengar bersahutan dengan nafas kami yang saling memburu. Pandangannya tetap lurus ke depan kaca mobil. Sebenarnya aku tadi juga hampir muncrat. “Masak mau ngocok terus?” sahutku.“Katanya sudah biasa..” katanya. Apalagi setelah kami cerai, acara ngocok bisa kulakukan seminggu sekali, bahkan lebih kalau nafsuku lagi kencang-kencangnya.Biasanya aku melakukannya menjelang tidur atau saat bangun tidur.
