Ah, kini ia malah berlutut seperti menunggu satu kata saja dariku. Bokep Thailand Sial. Keras sekali.“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”Ia berdiri. Tidak pasang wajah perangnya.“Kayak kemarinlah..,” ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya.Begitu kebetulankah ini? Inilah kesempatan itu. Anggap saja tiap-tiap baju sama dengan jumlah kancing bajuku: Tujuh. Daripada suntuk diam di rumah, tadi malam aku menyelesaikan kerjaan yang masih menumpuk. Aku dipermainkan seperti anak bayi.Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Kalau kini aku berani pasti karena dadanya terbuka, pasti karena peluhnya yang membasahi leher, pasti karena aku terlalu terbuai lamunan. Come on lets go! Ke bawah: Tidak. Ia menyenggol kepala juniorku. Mungkin sapu tangan ini saja suatu kealpaan.
