Tapi sebelum berlalu masih sempat melihatku sekilas.Betulkan, ia tidak akan datang begitu saja. Bokep arab Yes. Seperti kulihat ketika ia baru naik tadi, setelah mengejar angkot ini sekadar untuk dapat secuil tempat duduk.“Terima kasih,” ujarnya ringan.Aku sebetulnya ingin ada sesuatu yang bisa diomongkan lagi, sehingga tidak perlu curi-curi pandang melirik lehernya, dadanya yang terbuka cukup lebar sehingga terlihat garis bukitnya.“Saya juga tidak suka angin kencang-kencang. Ya nggak apa-apa,” katanya menjawab telepon.“Siapa Mbak..?” kataku sambil menancapkan Junior amblas seluruhnya.“Si Nina, yang tadi. Toh masih ada hari esok.Aku bergegas naik angkot yang melintas. Come on lets go! Apa katanya nanti? Lalu dikocok-kocok sebentar. Aku mengurungkan niatku. Karena itulah, tidak akan hadir kesempatan ketiga. Napasnya tersengal. Kaki kusandarkan di tembok yang membuat ia bebas berlama-lama membersihkan bagian belakang pahaku. Ia tersenyum ramah. Terganggu wanita muda yang di ruang sebelah yang kadang-kadang tanpa tujuan jelas bolak-balik ke ruang pijat.Dari jarak yang begitu
