Ia serius. “Chie, sudahlah.”
“Ray, Papa udah nggak ada.”
Kuusap belakang kepalanya, menekan tengkuknya, berusaha melegakannya. Bokep Jepang Masih banyak gadis untukku. Sibuk memburu keperawanan bidadari-bidadari lugu. Ah, Chie. Sibuk mendoktrin gadis-gadis tentang kenikmatan free-sex. Jangan katakan lagi. “Aku besok ujian, Chie.”
Kulihat jam dinding yang menunjukkan pukul 23.30 malam. Hahahaha…”
Tapi Chie hanya terdiam, memeluk kedua lututnya. Dan untuk itu Jay bersedia berkorban, karena hanya dialah yang terdekat dengan Chie, selain aku. Namun aku tak tahu harus tertawa ataukah menangis mendengar sindiran itu. Jay menatap kerlipan lampu kota di bawah kaki kami. Karena bagiku Chie tak lebih dari sekedar bunga mawar yang jingga di antara kumpulan bunga-bunga mawar merah di kebunku.
